Pemenang perang bukanlah siapa yang benar, tapi siapa yang masih hidup. Dalam peperangan, kebenaran sering terkubur di bawah reruntuhan bangunan, hilang bersama teriakan yang tak terdengar. Sejarah jarang ditulis oleh pihak yang kalah; ia ditulis oleh mereka yang bertahan, yang berhasil mengibarkan bendera di akhir pertempuran.
Yang hidup bisa menceritakan kisahnya, membentuk narasi sesuai sudut pandang mereka, bahkan menghapus atau mengaburkan kebenaran pihak lawan. Sementara mereka yang gugur—betapapun benarnya alasan mereka—hanya akan menjadi bisikan samar atau catatan kaki yang terlupakan.
Karena itu, dalam perang, kebenaran moral sering kali kalah oleh kebenaran versi pemenang. Dunia lebih mudah percaya pada cerita yang bisa disampaikan, bukan pada cerita yang terkubur bersama para korban. Pada akhirnya, bukan siapa yang paling adil atau paling bijak yang diingat, tapi siapa yang masih berdiri di akhir, memegang pena untuk menulis sejarahnya sendiri.