Bekerja Sesuai "Passion"

Bekerja sesuai "passion" itu memang enak. Tekanan terasa ringan, hati senang, dan tiap hari rasanya seperti main. Orang lain ngeluh Senin, kamu malah semangat. Orang lain ngitung jam pulang, kamu malah lupa waktu. Ibarat kata, dibayar atau nggak dibayar pun kamu tetap mau ngerjain. Nah… di situlah jebakannya.

Karena terlalu senang, kita sering berkompromi sama tarif. "Bayar segini aja nggak apa-apa, yang penting seneng," kata kita sambil tersenyum—padahal diam-diam dompet nangis. Klien pun bahagia, karena dapat kerjaan bagus dengan harga hemat. Lama-lama, citra kamu bukan lagi "ahli di bidangnya", tapi "ahli yang murah meriah".

Mau dibayar mahal? Gampang: Hate your f*cking job! 😂

Kerjain terus sampai kamu bosen, muak, dan alergi lihatnya. Kuasai luar dalam sampai level dewa, tapi di saat yang sama, rasakan jenuh yang luar biasa. Kenapa? Karena kalau sudah muak, kamu nggak akan mau kerja kecuali bayarnya sepadan. Di situ baru kamu pasang tarif tinggi tanpa rasa bersalah. Kalau ada yang protes, jawab saja: "Ya kalau mau murah, cari yang masih seneng-seneng aja."

Lihat atlet atau seniman profesional. Awalnya, mereka cinta mati sama yang mereka kerjakan. Tapi begitu jago banget, mereka switch mode: dari "I love this" jadi "Pay me first." Mereka tetap latihan, tetap tampil, tapi semua ada harganya. Passion mungkin mengantar kita sampai puncak, tapi uang yang membuat kita mau tetap berdiri di sana.

Jadi, kalau masih dibayar murah padahal kerjaanmu bagus, mungkin kamu… masih terlalu senang kerja itu. 😂

Komentar

Memuat komentar…
Tidak bisa memuat komentar.
Tampilkan lebih banyak
Artikel Terkait
Memuat artikel…
Tidak ada artikel terkait.
Terima pembaruan lewat email