Manusia, kalau mau disederhanakan, bisa dibagi dalam dua golongan. Golongan pertama adalah golongan orang yang senang sekali menggolongkan manusia ke dalam dua golongan. Mereka merasa dunia ini lebih mudah dipahami kalau semua orang dimasukkan ke dalam kotak-kotak sederhana: hitam atau putih, pro atau kontra, baik atau jahat, pintar atau bodoh. Mereka nyaman dengan pembagian seperti itu, karena menurut mereka, hidup jadi terasa rapi dan jelas arahnya.
Golongan kedua adalah golongan orang yang tidak suka menggolongkan manusia dalam dua golongan. Mereka merasa hidup ini jauh lebih rumit dan penuh nuansa daripada sekadar pilihan biner. Mereka percaya bahwa manusia punya sisi abu-abu, bahwa seseorang bisa baik sekaligus salah, cerdas sekaligus ceroboh, dan bahwa realitas tidak bisa disederhanakan menjadi dua kotak yang kaku.
Lucunya, kalau kita perhatikan, pembagian ini sendiri—antara yang suka menggolongkan dan yang tidak suka menggolongkan—secara tidak langsung… adalah penggolongan juga. Jadi, entah kita berada di golongan yang mana, pada akhirnya kita semua terjebak dalam ironi yang sama: kita sedang membicarakan tentang menggolongkan manusia, sambil menggolongkan manusia.