Bukan Budaya Kita

Makan cokelat bukan budaya kita. Katanya itu kebiasaan orang luar, bukan tradisi asli. Budaya kita? Makan beling. Pecahan kaca—tajam, menyakitkan, dan entah kenapa, kita bangga menelannya.

Cokelat memberi rasa manis, tapi kita lebih terbiasa memberi rasa perih. Setiap hari kita kunyah beling lewat kata-kata kasar, komentar penuh amarah di media sosial, atau prasangka buruk yang dilempar ke orang lain. Cokelat dianggap tidak perlu, tapi beling kita hidangkan tanpa ragu, bahkan kepada orang terdekat.

Ironisnya, kita cepat menolak yang manis karena takut “merusak budaya”, tapi santai saja memelihara kebiasaan saling melukai. Lama-lama, kita terbiasa pada rasa pahit dan sakit, sampai lupa bahwa lidah ini seharusnya juga bisa merasakan manis.

Komentar

Memuat komentar…
Tidak bisa memuat komentar.
Tampilkan lebih banyak
Artikel Terkait
Memuat artikel…
Tidak ada artikel terkait.
Terima pembaruan lewat email