Mie ayam yang dulu terasa sangat nikmat sewaktu kecil, mungkin sekarang sudah tidak memberi rasa yang sama, bukan? Padahal penjualnya mungkin masih sama, resepnya masih sama, bahkan kursi dan meja di warung itu mungkin masih seperti dulu. Namun, entah kenapa, sensasi yang dulu membuat kita ingin nambah semangkuk lagi, kini terasa biasa saja.
Faktanya, bukan mie ayamnya yang berubah. Lidah kita yang sudah terlalu banyak mencoba mie ayam lain—dengan topping beragam, bumbu yang lebih kaya, atau porsi yang lebih mewah. Standar kenikmatan kita naik, dan yang dulu terasa luar biasa kini hanya menjadi “biasa saja”. Ingatan kita kalah oleh pembanding-pembanding baru yang lebih menggoda.
Inilah yang sering terjadi dalam hidup. Hal-hal yang dulu membuat kita bahagia, kadang kehilangan magisnya bukan karena mereka berubah, tapi karena kita sendiri yang telah melihat, mencoba, dan mengalami terlalu banyak hal lain. Standar kita naik, dan tanpa sadar, kita kehilangan kemampuan untuk menikmati yang sederhana.
Tapi ini cerita bukan tentang Mie Ayam
Ini tentang hubungan, tentang pertemanan, tentang momen-momen yang dulu kita jaga erat, namun kini terasa hambar. Bukan karena mereka kehilangan nilai, tetapi karena kita sendiri yang sudah membandingkannya dengan terlalu banyak hal di luar sana. Kadang, yang membuat kita kehilangan rasa bukanlah orang lain, melainkan kita yang lupa bagaimana cara menikmatinya lagi.