rjgMtIfGYu4OB4QkmjHAeAZy7ixF2fuByIYhJHQr

Keyakinan untuk Sembuh

Keyakinan untuk Sembuh
Saya memegang janji-Nya, bahwa Dia adalah Penyembuh yang Agung.

Bagi saya, migrain sudah seperti "teman lama" yang sering datang berkunjung. Sejak dulu saya sering mengalaminya. Tapi biasanya, kunjungan itu singkat. Saya bawa tidur, atau tahan seharian, besoknya ia akan pergi.

Tapi beberapa minggu lalu, semua terasa berbeda.

Migrain itu datang dan tidak mau pulang. Satu hari, dua hari, tiga hari... masuk hari keempat, rasa sakit itu masih mencengkeram kepala saya dengan hebat. Ini bukan lagi "teman lama" yang saya kenal. Ini sesuatu yang lain.

Saya menyerah. Rasa sakit itu akhirnya menuntun saya ke Rumah Sakit Hermina Solo, ke poli syaraf.

Setelah pemeriksaan awal, dokter menyarankan langkah yang membuat jantung saya sedikit berdebar: CT Scan.

Saya mengikuti prosesnya. Dan tak lama kemudian, saya duduk di depan dokter, mendengarkan kalimat yang akan mengubah hidup saya. Beliau menunjuk ke hasil pemindaian. "Ini," katanya, "ada penyumbatan pembuluh darah di bagian otak kanan Bapak."

Penyumbatan. Otak.

Dua kata itu berdengung di telinga saya. Sebuah vonis baru saja dijatuhkan.

Anehnya, hal pertama yang terlintas di benak saya bukanlah, "Celaka, saya akan mati." Tidak. Sebagai orang yang percaya, saya sudah lama berdamai dengan konsep kematian. Saya percaya hidup saya ada di tangan Tuhan Yesus. Jika Dia mau panggil saya pulang hari ini, saya siap. Hati saya damai soal itu.

Tapi... kedamaian itu langsung terusik oleh sebuah pikiran lain. Sebuah pikiran yang jauh lebih menakutkan daripada kematian itu sendiri.

Wajah dua anak saya.

Mereka masih kecil. Hati saya langsung hancur membayangkan mereka harus tumbuh tanpa ayah. Pikiran bahwa mereka akan menjadi yatim adalah ketakutan terbesar saya.

Saya sadar, saya tidak takut pergi. Saya hanya tidak tega meninggalkan mereka. Saya sangat menyayangi keluarga saya.

Di momen itulah, di ruang praktik dokter itu, sebuah pergeseran terjadi di hati saya.

Jika sebelumnya saya pasrah, sekarang saya punya alasan untuk berjuang. Jika sebelumnya saya siap, sekarang saya justru memohon waktu. Cinta saya untuk mereka, tanggung jawab saya sebagai seorang ayah, tiba-tiba menjadi bahan bakar yang luar biasa besar.

Ini bukan lagi sekadar "penyakit". Ini adalah pertempuran. Dan saya tidak boleh kalah.

Maka, saya tidak membiarkan diagnosis dokter menjadi kata akhir. Itu adalah sebuah fakta, tapi saya memegang sebuah Kebenaran yang lebih tinggi.

Saat itu juga, saya membuat sebuah deklarasi di dalam hati:
Saya yakin Tuhan Yesus akan menyembuhkan saya.

Iman saya bukan lagi iman yang pasif ("saya siap dipanggil"), tapi iman yang aktif ("saya akan berjuang demi mereka").

Saya tahu jalan ke depan mungkin tidak mudah. Ada pengobatan, ada proses yang harus dijalani. Tapi saya tidak berjalan sendirian.

Mazmur 23:4 "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku."

Saya mungkin sedang masuk ke "lembah kekelaman" itu. Tapi seperti Daud, saya tidak takut. Saya tidak hanya punya Tuhan yang menyertai saya, saya juga punya dua malaikat kecil di rumah yang menunggu "Ayah"-nya untuk menang.

Cinta memberi saya alasan untuk berjuang, dan iman memberi saya keyakinan untuk menang.

Saya memegang janji-Nya, bahwa Dia adalah Penyembuh yang Agung.

Yesaya 41:10 "Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan."

Saya pegang tangan kanan-Nya itu. Saya akan berjuang. Dan saya percaya, saya akan sembuh.

Posting Komentar