
Soteriologi adalah cabang teologi sistematika yang membahas doktrin keselamatan. Istilah ini berasal dari bahasa Yunani sōtēria, yang berarti "keselamatan", "pembebasan", atau "pemulihan", dan berakar pada kata sōtēr ("juruselamat"). Bidang ini mencakup topik seperti natur keselamatan, proses penerimaannya, peran Allah dan manusia, serta implikasinya bagi kehidupan kekal [1].
Dalam iman Kristen, keselamatan menempati posisi sentral karena menyangkut pemulihan relasi antara manusia berdosa dengan Allah yang kudus melalui karya penebusan Yesus Kristus. Di tengah pengakuan bahwa keselamatan adalah anugerah, muncul pertanyaan teologis yang telah lama diperdebatkan: apakah keselamatan bersifat kekal (tidak dapat hilang), ataukah seseorang yang telah diselamatkan masih mungkin kehilangan keselamatannya?
Perdebatan ini tidak hanya bersifat teoretis; hal ini berdampak pada praksis rohani orang percaya—rasa aman, motivasi hidup kudus, dan pemahaman tentang kasih karunia Allah. Perbedaan pandangan teologis sering memengaruhi posisi denominasi terkait isu ini.
Daftar Isi
1. Dasar Alkitab tentang Keselamatan
Alkitab menegaskan bahwa keselamatan adalah anugerah Allah, bukan hasil usaha manusia. Paulus menulis:
"Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah,
itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri." (Ef. 2:8–9, TB)
[2]
Yesus juga menyatakan kasih Allah yang menyelamatkan:
"Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal,
supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal."
(Yoh. 3:16, TB) [4]
Keselamatan mencakup pengampunan dosa, pembenaran, kelahiran baru, dan janji hidup kekal [3]. Alkitab juga menggambarkannya sebagai pembebasan dari kuasa dosa (Rm. 6:18) dan kematian rohani (Ef. 2:1–5).
Inti Bagian 1: - Keselamatan = anugerah Allah, diterima melalui iman (Ef. 2:8–9). - Fokus pada karya Kristus dan transformasi hidup, bukan prestasi manusia.
Jika keselamatan adalah anugerah yang begitu pasti dalam Kristus, pertanyaan berikutnya muncul: apakah anugerah ini bersifat kekal atau masih dapat hilang? Pandangan pertama yang akan dibahas menegaskan bahwa keselamatan sejati tidak dapat hilang.
2. Pandangan: Keselamatan Tidak Bisa Hilang (Once Saved, Always Saved)
Pandangan ini, yang sering diasosiasikan dengan tradisi Reformed/Calvinis, berangkat dari keyakinan bahwa karya keselamatan Allah bersifat final dan tidak dapat digagalkan. Jika Allah yang Mahakuasa telah memilih, menebus, dan melahirkan kembali seseorang, maka tidak ada kuasa di surga maupun di bumi yang dapat memisahkan orang itu dari-Nya. Karena itu, setiap teks yang menegaskan jaminan pemeliharaan ilahi dibaca sebagai dasar doktrinal yang kokoh bagi pandangan ini.
Dasar Alkitab"Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya
dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku." Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku,
lebih besar dari pada siapa pun; dan seorang pun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa.
(Yoh. 10:28–29, TB) [4]
Konteks: Yesus menggambarkan diri-Nya sebagai Gembala yang baik, menekankan keamanan yang bersumber dari
kuasa dan otoritas Allah, bukan kekuatan manusia.
"Akan hal ini aku yakin sepenuhnya, yaitu Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu,
akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus." (Flp. 1:6, TB)
[5]
"Di dalam Dia kamu juga—karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu—di dalam Dia
kamu juga ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus yang dijanjikan-Nya itu. Dan Roh Kudus itu adalah
jaminan bagian kita..." (Ef. 1:13–14, TB) [6]
Konteks: Meterai Roh Kudus menunjuk pada kepastian dan perlindungan ilahi sampai penebusan akhir.
John Calvin merumuskan doktrin perseverance of the saints—ketekunan orang-orang kudus—bahwa mereka yang dipilih Allah akan bertahan sampai akhir karena pemeliharaan-Nya [7]. Fokusnya: keselamatan bergantung pada kesetiaan dan kuasa Allah, bukan kestabilan manusia. R.C. Sproul menegaskan hal serupa, bahwa anugerah yang menyelamatkan adalah anugerah yang memelihara [3].
Inti Bagian 2: - Allah memulai, menopang, dan menyelesaikan keselamatan orang percaya. - Meterai Roh Kudus = jaminan warisan hingga penebusan akhir.
Meskipun pandangan ini menekankan kuasa pemeliharaan Allah, sebagian tradisi Kristen menafsirkan Kitab Suci sebagai memuat peringatan serius akan kemungkinan kemurtadan. Dari sudut pandang ini, keselamatan dipahami sebagai sesuatu yang dapat hilang.
3. Pandangan: Keselamatan Bisa Hilang
Berbeda dari pandangan sebelumnya, tradisi Arminian dan banyak gereja Protestan non-Calvinis menitikberatkan tanggung jawab manusia untuk tetap setia dalam iman. Keselamatan dipandang sebagai relasi yang hidup dan dinamis, yang harus dipelihara melalui iman dan ketaatan. Karena itu, teks-teks Alkitab yang memuat peringatan keras tentang kemurtadan dibaca sebagai bukti bahwa hilangnya keselamatan adalah kemungkinan yang nyata, bukan sekadar ancaman hipotetis.
Dasar Alkitab"Sebab mereka yang pernah diterangi hatinya, yang pernah mengecap karunia surgawi... namun murtad,
tidak mungkin diperbaharui lagi sedemikian rupa, sehingga mereka bertobat." (Ibr. 6:4–6, TB)
[8]
Konteks: Surat Ibrani ditujukan kepada orang percaya Yahudi yang menghadapi godaan meninggalkan iman
karena tekanan. Peringatan ini bersifat serius dan disampaikan dalam nada pastoral sekaligus profetis.
"Tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat." (Mat. 24:13, TB)
[9]
"...beberapa orang telah menolak hati nuraninya yang murni, dan karena itu kandaslah iman mereka."
(1 Tim. 1:19–20, TB) [10]
Jacobus Arminius berpendapat bahwa keselamatan bersyarat pada ketekunan iman; karena itu, peringatan kemurtadan dalam Kitab Suci harus dibaca secara serius sebagai kemungkinan nyata [11]. John Wesley menekankan panggilan untuk hidup kudus dan tekun sebagai bukti iman yang hidup.
Inti Bagian 3: - Peringatan Alkitab nyata, bukan hipotesis. - Keselamatan adalah relasi yang harus dipelihara dalam iman dan ketaatan.
Kedua pandangan ini tampak saling berlawanan, namun ada pendekatan yang berusaha menggabungkan kekuatan keduanya, yaitu memegang teguh jaminan ilahi sekaligus menekankan panggilan untuk tetap tekun.
4. Pendekatan Rekonsiliatif
Pendekatan ini lahir dari upaya mengakui kebenaran yang ditemukan di kedua pandangan sebelumnya. Di satu sisi, Alkitab jelas mengajarkan bahwa Allah berkuasa memelihara umat-Nya sampai akhir; di sisi lain, Kitab Suci juga menegaskan pentingnya ketekunan manusia sebagai bukti iman sejati. Dengan demikian, keselamatan dipandang sebagai karya Allah yang pasti, namun terwujud dalam kehidupan orang percaya yang terus bertumbuh dan bertahan dalam iman.
Saya meyakini bahwa kebenaran Alkitab memadukan dua hal ini: Allah berkuasa memelihara umat-Nya sampai akhir (divine preservation) dan manusia dipanggil untuk tetap tekun (human perseverance). Dengan kata lain, jaminan keselamatan sejati tidak meniadakan tanggung jawab iman yang berkelanjutan. Seperti ditegaskan dalam Yudas 1:24, Allah sanggup “menjaga supaya kamu jangan tersandung dan menempatkan kamu tak bercacat di hadapan kemuliaan-Nya,” sehingga keyakinan ini memotivasi ketekunan, bukan kelalaian.
"Memang mereka berasal dari antara kita, tetapi mereka tidak sungguh-sungguh termasuk pada kita..."
(1Yoh. 2:19, TB)
Ayat ini sering ditafsirkan bahwa kemurtadan mengungkap kondisi awal: mereka tidak pernah sungguh-sungguh menjadi milik Kristus. Millard J. Erickson mengingatkan bahwa kepastian keselamatan tidak boleh melahirkan rasa aman palsu; sebaliknya, ia memotivasi pertumbuhan dalam kekudusan sebagai buah keselamatan [12].
Inti Bagian 4: - Allah memelihara, manusia dipanggil tekun. - Ketekunan adalah tanda keselamatan sejati, bukan syarat yang memproduksinya.
Kesimpulan
Berdasarkan kajian ini, saya meyakini bahwa keselamatan adalah karya anugerah Allah yang dimulai, dipelihara, dan disempurnakan oleh-Nya. Kitab Suci memadukan jaminan ilahi dan panggilan untuk tekun. Karena itu, orang percaya tidak dipanggil hidup dalam ketakutan, melainkan dalam syukur yang melahirkan ketaatan, ketekunan, dan pengharapan yang pasti akan janji-janji Allah.
Bagi saya, keselamatan sejati tidak akan hilang, tetapi kemurtadan menunjukkan bahwa sejak awal seseorang tidak pernah benar-benar memiliki keselamatan itu.
"Dia yang memanggil kamu adalah setia; Ia juga akan menggenapinya." (1Tes. 5:24, TB)
Catatan Kaki
- Louis Berkhof, Systematic Theology (Grand Rapids: Eerdmans, 1996), hlm. 415. ↩
- Alkitab Terjemahan Baru (Jakarta: LAI, edisi umum). Kutipan Ef. 2:8–9. ↩
- R.C. Sproul, Chosen by God (Wheaton: Tyndale House, 1986), hlm. 72. ↩
- Yohanes 10:28–29; Yohanes 3:16 (TB). ↩
- Filipi 1:6 (TB). ↩
- Efesus 1:13–14 (TB). ↩
- John Calvin, Institutes of the Christian Religion, III.xxi.7. ↩
- Ibrani 6:4–6 (TB). ↩
- Matius 24:13 (TB). ↩
- 1 Timotius 1:19–20 (TB). ↩
- Jacobus Arminius, The Works of James Arminius, Vol. 1 (Grand Rapids: Baker, 1986), hlm. 254. ↩
- Millard J. Erickson, Christian Theology, 3rd ed. (Grand Rapids: Baker Academic, 2013), hlm. 994. ↩
Posting Komentar